|HOME |INSPIRASI |OPINI |KIAT |OPTIMIS |SEHAT |KELUARGA |IBROH |JURNALISTIK |BUKU |EBOOKS |JURNAL |LINGKUNGAN |SEHAT |PSIKOLOGI |WANITA |BISNIS |SYARIAH |PROFIL |ARDA TV|
- / / : 081284826829

Merancang Anti Virus yang Efektif

SAAT ini, penyakit yang disebabkan oleh virus masih sering terjadi di sekitar kita. Yang terakhir, masyarakat masih dihantui rasa ketakutan akibat merebaknya kasus flu burung, yang disebabkan oleh virus Avian Influenza/AI. Padahal, seharusnya kita jangan terlalu cemas, asalkan kita tetap waspada dan mengetahui bagaimana virus itu menyebabkan maupun menyebarkan penyakit pada seseorang.
Secara umum, untuk menimbulkan penyakit pada seseorang, virus harus memasuki suatu inang. Inangnya bisa tubuh manusia sendiri atau mahluk hidup lain. Selanjutnya, setelah masuk inang, ia berkontak dengan sel yang rentan, berepliksi, dan merusak sel-sel. Dalam banyak kasus infeksi virus, proses seperti itu belum banyak diketahui. Walau demikian, penelitian genetika dan biokimia akhirnya memberikan pengertian mengenai patogenesis virus pada tingkat molekuler.
Berikut ini merupakan langkah-langkah khusus yang terjadi pada patogenesis virus.
1. Masuknya virus dan replikasi primer. Agar infeksi inang dapat terjadi, virus mula-mula harus melekat dan memasuki sel dari suatu permukaan kulit tubuh, saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih, atau konjungtivita. Dan sebagian besar dari virus itu memasuki inang melalui mukosa saluran pernafasan atau saluran pencernaan, kecuali virus yang melalui aliran darah (seperti hepatitis B, HIV) atau melalui vector serangga (arbovirus).
Pada umumnya virus itu bereplikasi pada tempat masuk primer. Beberapa virus, seperti virus influenza (infeksi saluran nafas) dan ratovirus (infeksi saluran pencernaan), menimbulkan penyakit pada pintu masuk dan tidak memerlukan penyebaran sistemik.
2. Penyebaran virus. Banyak virus menimbulkan penyakit pada tempat yang jauh dari tempat masuknya (contoh, enterovirus masuk melalui saluran pencernaan tetapi menimbulkan penyakit pada system saraf pusat). Setelah replikasi primer di tempat masuknya, virus ini menyebarkan ke dalam tubuh inang. Mekanisme penyebaran virus ini beragam, tetapi jalur yang paling umum adalah melalui aliran darah/getah bening.
3. Cedera sel dan penyakit klinik. Dengan terjadinya perusakan sel yang terinfeksi oleh virus, maka akan terjadi perubahan fisiologis pada jaringan sasaran. Beberapa jaringan, seperti epitel usus, dapat secara cepat beregenerasi dan bertahan lebih baik daripada organ lain. Beberapa efek fisiologis dapat timbul dari kerusakan nonletal fungsi khusus sel-sel, seperti hilangnya produksi hormon.
Adanya penyakit klinik infeksi virus merupakan akibat dari kejadian yang kompleks dan banyak faktor yang menentukan derajat penyakit itu tidak diketahui. Penyakit klinik ini adalah petunjuk infeksi virus yang kurang peka. Dalam arti lain, infeksi virus tanpa gejala itu sangat biasa.
4. Penyembuhan dari infeksi. Inang bisa menjadi mati atau sembuh dari infeksi virus. Mekanisme penyembuhan melibatkan imunitas humoral atau dengan perantaraan sel, interferon dan limfokin lain. Atau bisa juga oleh kemungkinan faktor pertahanan lain dari inang. Pada infeksi akut, penyembuhan dihubungkan dengan hilangnya virus. Namun, ada saat-saat tertentu inang tetap terinfeksi virus secara persisten.
5. Pelepasan virus. Stadium akhir dari patogenesis adalah pelepasan virus yang infeksius ke lingkungan. Tindakan ini adalah langkah yang diperlukan untuk tetap menjaga infeksi virus dalam populasi inang. Pelepasan biasanya terjadi dari permukaan tubuh tempat virus masuk.
Akhirnya, dengan memahami pengertian akan patogenesis virus pada tingkat molekuler, maka hal ini dapat dijadikan dalam menentukan startegi anti virus yang benar-benar efektif dan bersifat khusus. Semoga!***
Arda Dinata, praktisi kesehatan, pengusaha inspirasi dan motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.
WWW.ARDADINATA.COM