“Aku menemukan kenikmatan beribadah dalam empat hal, yaitu ketika mampu menunaikan kewajiban-kewajiban dari Allah, ketika mampu menjauhi segala sesuatu yang diharamkan Allah; ketika mampu melakukan ‘amar ma’ruf dan mencari pahala dari Allah; dan ketika mampu melakukan nahi mungkar dan menjaga diri dari murka Allah.” [ ’Utsman r.a.].Nikmat Kehidupan
oleh Arda Dinata
Bukankah dalam kehidupan seorang muslim itu semuanya berada dalam koridor untuk ibadah kepada-Nya?
Dalam hal ini ’Utsman r.a. pernah berkata: “Aku menemukan kenikmatan beribadah dalam empat hal, yaitu ketika mampu menunaikan kewajiban-kewajiban dari Allah, ketika mampu menjauhi segala sesuatu yang diharamkan Allah; ketika mampu melakukan ‘amar ma’ruf dan mencari pahala dari Allah; dan ketika mampu melakukan nahi mungkar dan menjaga diri dari murka Allah.”
Dengan berpedoman pada empat hal itulah harusnya kita memposisikan menjemput nikmat kehidupan ini. Sebab, bisa jadi sesuatu kejadian di mata kita merupakan musibah. Namun, sesungguhnya dalam kaca mata Allah SWT, hal itu adalah nikmat yang patut kita syukuri. Pada konteks ini, menurut Umar r.a., ada empat musibah yang dirasakan membawa nikmat.
Umar r.a. berkata: ”Demi Allah, tidaklah aku ditimpa musibah, melainkan didalamnya aku rasakan nikmat Allah, yaitu apabila: musibah itu terjadi bukan pada agamaku; musibah tersebut tidak lebih berat daripada musibah yang telah menimpa diriku; musibah itu tidak menghalangi aku untuk mendapatkan keridhaan Allah; dan musibah yang darinya aku bisa mengharapkan pahala Allah.”
Penulis adalah Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.