Menulis Dengan Ilham
Oleh ARDA DINATA
Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yangsangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segeraikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itudengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham tersebutdalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan idesecara khusus. Sebab, ingat ilham itu belum tentudatang lagi menghampiri kita di kemudian waktu. Kalaupun hadir kembali, itu pun prosesnya saya yakin cukuplama dan susah memancingnya. Ada yang pernahmerasakannya?
Setelah ilham itu kita catat, HAMKA seorang Ulama danpenulis produktif pada jamannya, menyarankan denganmengatakan: “Membuat karangan jangan ditunda-tunda,setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuranHAMKA kepada anaknya, Rusydi Hamka.Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita,maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan.Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya. Baru setelah kita selesai menulis, rehat sejenak denganmerujuk pada sumber pustaka yang kita punyai (buku,kliping, kamus, dll) sesuai tema terkait dengan ilham tersebut.
Berdasarkan pengalaman, bila kebiasaan membaca kitabagus dan didukung pengarsipan dokumentasi sumberpustaka yang baik, pengembangan ilham itu akanmengalir dengan sendirinya. Pokoknya, kita akan konek(secara alami) dengan tema-tema referensi sejenis yangkita miliki. Kalau udah begini…, indah bangetrasanya…!!!
Jadi, segera ikat ilham yang hinggap dalam pikiran danhati kita dengan segera menuliskannya. Yang jelas darikebiasaan membaca yang baik, ilham (baru pun) itu akanmuncul dan sekaligus akan memperlancar menuangkanilham dalam media tulisan. Bagaimana menurut Anda,setuju …..???***
Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog danpengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia danMajalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.
Oleh ARDA DINATA
"Saya menulis dengan ilham." (HAMKA)Ilham berarti petunjuk yang datang dari Tuhan danterbit di hati; atau merupakan bisikan hati. Ilhamjuga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkanseorang penulis untuk membuat tulisan.
Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yangsangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segeraikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itudengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham tersebutdalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan idesecara khusus. Sebab, ingat ilham itu belum tentudatang lagi menghampiri kita di kemudian waktu. Kalaupun hadir kembali, itu pun prosesnya saya yakin cukuplama dan susah memancingnya. Ada yang pernahmerasakannya?
Setelah ilham itu kita catat, HAMKA seorang Ulama danpenulis produktif pada jamannya, menyarankan denganmengatakan: “Membuat karangan jangan ditunda-tunda,setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuranHAMKA kepada anaknya, Rusydi Hamka.Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita,maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan.Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya. Baru setelah kita selesai menulis, rehat sejenak denganmerujuk pada sumber pustaka yang kita punyai (buku,kliping, kamus, dll) sesuai tema terkait dengan ilham tersebut.
Berdasarkan pengalaman, bila kebiasaan membaca kitabagus dan didukung pengarsipan dokumentasi sumberpustaka yang baik, pengembangan ilham itu akanmengalir dengan sendirinya. Pokoknya, kita akan konek(secara alami) dengan tema-tema referensi sejenis yangkita miliki. Kalau udah begini…, indah bangetrasanya…!!!
Jadi, segera ikat ilham yang hinggap dalam pikiran danhati kita dengan segera menuliskannya. Yang jelas darikebiasaan membaca yang baik, ilham (baru pun) itu akanmuncul dan sekaligus akan memperlancar menuangkanilham dalam media tulisan. Bagaimana menurut Anda,setuju …..???***
Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog danpengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia danMajalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.