Berbagi Peran dalam Bingkai Persatuan Umat

Oleh: ARDA DINATA

KEHIDUPAN dunia ini bagaikan sebuah panggung sandiwara. Di sini tersedia banyak peran yang dimunculkan, tapi itu semua demi suksesnya sebuah pertunjukan. Demikian pula dalam kehidupan manusia secara nyata, kita menyaksikan berbagai macam peran kehidupan yang dilakoninya. Tapi, harusnya realitas perbedaan peran itu tidak membuat kita menjadi terpecah belah. Karena bagi umat Islam, berbagi peran/perbedaan peran itu semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Perbedaan peran adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini. Allah menciptakan alam dan isinya, di atas sunah perbedaan dalam sebuah kerangka kesatuan. Pada manusia misalnya, bisa kita lihat adanya perbedaan suku bangsa, bangsa, bahasa, dll.

Perbedaan (dalam berbagi peran) tersebut, dalam ajaran Islam harus dipandang sebagai rahmat yang Allah SWT turunkan bagi makhluk-Nya. Dan berikut ini, ada beberapa faktor penyatu yang dapat memposisikan berbagi peran itu dalam bingkai persatuan umat Islam.

Penyerahan Hanya Pada Allah SWT.

Dengan kesadaran penuh bahwa apapun perbedaan peran yang dimiliki oleh seseorang itu semata-mata hanya ketentuan dari Allah, sehingga bagi umat Islam akan memposisikan peran itu semata-mata untuk tunduk dan patuh terhadap ketentuan-Nya.

Allah berfirman, “…dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau …” (QS. Al-Baqarah[2]: 128). Ayat ini, mengajarkan bahwa perbedaan peran itu tidak melupakan semata-mata dalam bingkai persatuan untuk penyerahan “wajah” kepada Allah SWT.

Mengutamakan Saling Menasehati.

Hikmah perbedaan berbagi peran ini, dimaksudkan juga sebagai lahan untuk saling melengkapi satu sama lain, termasuk di dalamnya yang diajarkan dalam Islam adalah berupa saling nasehat-menasehati di antara orang yang berbeda peran kehidupan.

Allah berfirman, “Dan, hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar …” (QS. Ali Imran [3]: 104). Hikmah dari ayat ini, tentu umat Islam harus ada yang berperan dalam sektor saling menasehati dengan kebaikan dan kesabaran dalam kesulitan; sektor mengajak kepada kebaikan; dan sektor mencegah dari kemungkaran.

Tipe Penciptaan Kehidupan yang Sama.

Sungguh Allah menciptakan kehidupan ini tidak sia-sia. Dan hanya orang-orang yang mampu menggunakan pikirnya yang dapat menangkap hikmahnya, termasuk dalam sistem penciptaan kehidupan ini. Allah SWT berfirman, “Dan, tiadalah bintang-bintang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu …” (QS. Al-An’aam [6]: 38).

Dari ayat tersebut, kita diajarkan bahwa walaupun peran kita berbeda, tapi kita memiliki kesamaan dalam cara-cara hidup pada sektor yang lain yang bisa dikembangkan secara bersama, seperti kerjasama dari kedua sayap burung itu.

Menonjolkan Tujuan yang Sama.

Dalam hidup umat di dunia ini, tergambar berbagai jalan kehidupan yang beraneka ragam, tapi yang jelas tujuan hidup umat Islam harus sama berupa mencapai derajat ridha Allah SWT. Dan perbedaan jalan hidup seseorang tersebut, hendaknya tidak membuat kita menjauhkan diri dari satunya “tujuan hidup” yang sesungguhnya sama.

Allah SWT mengumpamakan fenomena seperti itu dalam QS. Al Qashash [28]: 23), yang artinya: “….Ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya) …”

Kesamaan Sikap dari Dakwah Rasulullah.

Segala perbedaan peran itu, hendaknya tidak diletakkan pada posisi yang bertentangan dengan kesamaan sikap dari ajaran-ajaran dakwah Rasulullah Saw. Artinya, persamaan rujukan dalam apresiasi berdakwah ini tentu akan membuahkan sebuah kekuatan umat yang satu.

Dalam arti lain, seandainya rujukan peran yang kita lakukan tersebut bertentangan dengan sunah Nabi Saw., maka peran tersebut tidak dapat menyatukan umat. Dalam salah satu hadis Nabi Saw., bersabda, “Umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan.” (HR. Ibnu Majah).

Akhirnya, sudah saatnya bagi umat Islam di Indonesia untuk dapat berbagi peran sesuai keahliannya berdasarkan sunah Rasulullah Saw., tapi dia hendaknya juga tetap dalam koridor mencari rahmat Allah SWT sebagai aktualisasi dari Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Waalahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA:
Previous Post Next Post